Penulis : Al-Ustadz Dzulqarnain Bin Muhammad Sunusi
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman dalam Al-Qurโan Al-Karim
ููุงูุชููููููุง ููุชูููุฉู ูุงูุชูุตูููุจูููู ุงูุฐูููููู ุธูููู
ูููุง ู
ูููููู
ู ุฎูุงุตููุฉู
โTakutlah kalian kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zholim diantara kalian secara khususโ. (QS. Al-Anfal : 25).
Ayat ini merupakan pokok penjelasan dalam fitnah. Karena itu Imam Al-Bukhary dalam shohihnya memulai Kitabul Fitan (kitab Penjelasan fitnah-fitnah) dengan penyebutan ayat ini.
Firman Allah Taโala : โTakutlah kalian kepada fitnahโฆโ ini menunjukkan wajibnya atas seorang muslim untuk berhati-hati menghadapi fitnah dan menjauhinya dan tentunya seseorang tidak bisa menjauhi fitnah itu kecuali dengan mengetahui dua perkara :
1) Apa-apa saja yang dianggap fitnah di dalam syariโat Islam.
2) Pijakan, cara atau langkah dalam meredam atau menjauhi fitnah tersebut.
Kemudian Ibnu Katsir โrahimahullahu- dalam menafsirkan ayat ini, beliau berkata : โAyat ini walaupun merupakan pembicaraan yang ditujukan kepada para shahabat Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam, akan tetapi ayat ini berlaku umum pada setiap muslim karena Nabi shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam mentahdzir (memperingatkan) dari fitnahโ.
Kalimat fitnah dalam konteks ayat, datang dalam bentuk nakirah sehingga mempunyai makna yang umum menyangkut segala sesuatu yang merupakan fitnah bagi manusia.
Imam Al-Alusy ketika menafsirkan kalimat fitnah dalam ayat ini, beliau berkata : โFitnah ditafsirkan (oleh para โulama salaf) dengan beberapa perkara, diantaranya Mudahanah dalam amar maโruf dan nahi mungkar, dan diantaranya perselisihan dan perpecahan, dan diantaranya meninggalkan pengingkaran terhadap bidโah-bidโah yang muncul dan lain-lainnyaโ. Kemudian beliau berkata : โSetiap makna tergantung dari konsekwensi keadaannyaโ.
Dan dikatakan di dalam ayat โtakutlah kalian โฆโ ini menunjukkan bahwa fitnah itu buta dan tuli tidak pandang bulu dan dapat menimpa siapa saja. Berkata Imam Asy-Syaukany dalam tafsirnya : โYaitu takutlah kalian kepada fitnah yang melampaui orang-orang yang zholim sehingga menimpa orang sholih dan orang tholih (tidak sholih) dan timpahan fitnah itu tidak khusus bagi orang yang langsung berbuat kezholiman tersebut di antara kalianโ.
Defenisi Fitnah
Fitnah dalam syariโat Islam mempunyai beberapa makna :
- Bermakna syirik, seperti dalam firman Allah Taโala :
ููููุงุชููููููู
ู ุญูุชููู ูุงู ุชูููููู ููุชูููุฉู ููููููููู ุงูุฏููููู ููููู
โDan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan sampai agama semuanya untuk Allahโ. (QS. Al-Baqarah : 93). Yaitu hingga tidak ada lagi kesyirikan.
Dan Allah berfirman :
ููุงููููุชูููุฉู ุฃูููุจูุฑู ู
ููู ุงููููุชููู
โDan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuhโ. (QS. Al-Baqarah : 217).
- Bermakna siksaan dan azab : seperti dalam firman Allah Taโala
ุฐูููููุง ููุชูููุชูููู
ู ููุฐูุง ุงูููุฐูู ููููุชูู
ู ุจููู ุชูุณูุชูุนูุฌูููููู
(Dikatakan kepada mereka) : “Rasakanlah fitnahmu itu. Inilah fitnah yang dahulu kamu minta supaya disegerakan”. (QS. Adz-Dzariyat : 14).
Dan Allah Jalla Jalaluh berfirman :
ุฅูููู ุงูููุฐูููู ููุชููููุง ุงููู
ูุคูู
ูููููู ููุงููู
ูุคูู
ูููุงุชู ุซูู
ูู ููู
ู ููุชููุจููุง ููููููู
ู ุนูุฐูุงุจู ุฌููููููู
ู ููููููู
ู ุนูุฐูุงุจู ุงููุญูุฑูููู
โSesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orang-orang yang mu’min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakarโ. (QS. Al-Buruj : 10).
Makna fitnah dalam dua ayat ini adalah siksaan dan azab.
- Bermakna ujian dan cobaan. Seperti dalam firman Allah Taโala :
ููููุจูููููููู
ู ุจูุงูุดููุฑูู ููุงููุฎูููุฑู ููุชูููุฉู
โDan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (yang sebenar-benarnya)โ. (QS. Al-Anbiya`: 35)
ุฅููููู
ูุง ุฃูู
ูููุงููููู
ู ููุฃููููุงูุฏูููู
ู ููุชูููุฉู
โSesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu hanyalah merupakan fitnahโ. (QS. Al-Anfal : 28).
- Bermakna musibah dan balasan. Sebagaimana yang ditafsirkan para ulama dalam surah Al Anfal ayat 25 di atas :
ููุงุชูููููุง ููุชูููุฉู ูุงู ุชูุตููุจูููู ุงูููุฐูููู ุธูููู
ููุง ู
ูููููู
ู ุฎูุงุตููุฉู
โTakutlah kalian kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zholim diantara kalian secara khususโ.
Lihat : Mauqiful Muโmin Minal Fitan Karya Syeikh โAbdul โAziz bin Baz dan Mufrodat Al-Qurโan karya Ar-Raghib Al-Ashbahany.
Demikianlah defenisi fitnah, tetapi harus diketahui oleh setiap muslim bahwa fitnah yang ditimpakan oleh Allah Subhanahu wa Taโala itu mempunyai hikmah dibelakangnya. Allah โAzza wa Jalla berfirman :
ุงูู
. ุฃูุญูุณูุจู ุงููููุงุณู ุฃููู ููุชูุฑููููุง ุฃููู ููููููููุง ุกูุงู
ููููุง ููููู
ู ูุงู ููููุชูููููู ููููููุฏู ููุชููููุง ุงูููุฐูููู ู
ููู ููุจูููููู
ู ููููููุนูููู
ูููู ุงูููููู ุงูููุฐูููู ุตูุฏููููุง ููููููุนูููู
ูููู ุงููููุงุฐูุจูููู
โAlif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : โKami telah berimanโ, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dustaโ. (QS. Al-Ankabut : 1-3).
Berikut ini kami akan menyebutkan beberapa kaidah-kaidah pokok yang harus dipegang oleh setiap muslim dalam menghadapi fitnah.
Kaidah Pertama : Pada setiap perselisihan merujuk pada Al-Qurโan dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para โulama salaf.
Allah Subhanahu Wa Taโala berfirman :
ููุงุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุกูุงู
ููููุง ุฃูุทููุนููุง ุงูููููู ููุฃูุทููุนููุง ุงูุฑููุณูููู ููุฃููููู ุงููุฃูู
ูุฑู ู
ูููููู
ู ููุฅููู ุชูููุงุฒูุนูุชูู
ู ููู ุดูููุกู ููุฑูุฏููููู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูุฑููุณูููู ุฅููู ููููุชูู
ู ุชูุคูู
ูููููู ุจูุงูููููู ููุงููููููู
ู ุงููุขุฎูุฑู ุฐููููู ุฎูููุฑู ููุฃูุญูุณููู ุชูุฃูููููุงู
โHai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya“. (QS. An-Nisa` : 59).
Dan Allah Jalla Tsana`uhu berfirman :
ุงุชููุจูุนููุง ู
ูุง ุฃูููุฒููู ุฅูููููููู
ู ู
ููู ุฑูุจููููู
ู ูููุงู ุชูุชููุจูุนููุง ู
ููู ุฏูููููู ุฃูููููููุงุกู ููููููุงู ู
ูุง ุชูุฐููููุฑูููู
โIkutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)โ. (QS. Al-Aโraf : 2).
Dan di dalam hadits Abu Hurairah dari Nabi shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ุชูุฑูููุชู ููููููู
ู ุดูููุฆููููู ูููู ุชูุถููููููุง ุจูุนูุฏูููู
ูุง ููุชูุงุจู ุงูููู ููุณููููุชููู
โSaya tinggalkan pada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat dibelakang keduanya (yaitu) kitab Allah dan Sunnahkuโ. (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh syeikh Al-Albany dalam Al-Misykah).
Dan dalam surah An-Nisa` : 65, Allah Taโala menyatakan :
ููููุง ููุฑูุจูููู ูุงู ููุคูู
ูููููู ุญูุชููู ููุญููููู
ูููู ูููู
ูุง ุดูุฌูุฑู ุจูููููููู
ู ุซูู
ูู ูุงู ููุฌูุฏููุง ููู ุฃูููููุณูููู
ู ุญูุฑูุฌูุง ู
ูู
ููุง ููุถูููุชู ููููุณููููู
ููุง ุชูุณููููู
ูุง
โMaka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnyaโ.
Dan ingatlah bahwa menentang Allah dan Rasul-Nya adalah sebab kehinaan. Allah Subhanahu wa Taโala berfirman :
ุฅูููู ุงูููุฐูููู ููุญูุงุฏููููู ุงูููููู ููุฑูุณูููููู ุฃููููุฆููู ููู ุงููุฃูุฐููููููู
โSesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hinaโ. (QS. Al-Mujadilah : 20).
Dan Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam mengingatkan dalam hadits Ibnu โUmar:
ุฅูุฐูุง ุชูุจูุงููุนูุชูู
ู ุจูุงููุนูููููุฉู ููุฃูุฎูุฐูุชูู
ู ุฃูุฐูููุงุจู ุงููุจูููุฑู ููุฑูุถูููุชูู
ู ุจูุงูุฒููุฑูุนู ููุชูุฑูููุชูู
ู ุงููุฌูููุงุฏู ุณููููุทู ุงูููู ุนูููููููู
ู ุฐููุงูู ูุงู ููููุฒูุนููู ุญูุชููู ุชูุฑูุฌูุนูููุง ุฅูููู ุฏูููููููู
ู
โApabila kalian telah berjual beli dengan cara `inah (yaitu menjual barang dengan kredit kepada seseorang kemudian ia kembali membelinya dari orang itu dengan harga kontan lebih murah dari harga kredit tadi-pent( dan kalian telah ridho dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalainโ. (HR. Abu Dawud dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah No. 11).
Dan juga Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam mengingatkan dalam hadits beliau :
ููุฌูุนููู ุงูุฐููููู ููุงูุตููุบูุงุฑู ุนูููู ู
ููู ุฎูุงูููู ุฃูู
ูุฑููู
โDan telah dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang menyelisihi perintahkuโ. (Hadits hasan dari seluruh jalan-jalannya. Dihasankan oleh Syeikh Al-Albany dalam Al-Irwa` no.1269).
Dan ketahuilah bahwa menyelisihi Allah dan Rasul-Nya adalah sebab turunnya musibah dan siksaan dan sebab kehancuran dan kesesatan. Allah Al-Wahid Al-Qohhar menegaskan dalam firman-Nya :
ููููููุญูุฐูุฑู ุงูููุฐูููู ููุฎูุงููููููู ุนููู ุฃูู
ูุฑููู ุฃููู ุชูุตููุจูููู
ู ููุชูููุฉู ุฃููู ููุตููุจูููู
ู ุนูุฐูุงุจู ุฃููููู
ู
โMaka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedihโ. (QS. An-Nur : 63).
Dan dalam hadits Abu Hurairah riwayat BukharyโMuslim, Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam menyatakan :
ู
ูุง ููููููุชูููู
ู ุนููููู ููุงุฌูุชูููุจููููู ููู
ูุง ุฃูู
ูุฑูุชูููู
ู ุจููู ููุงููุนูููููุง ู
ููููู ู
ูุง ุงุณูุชูุทูุนูุชูู
ู ููุฅููููู
ูุง ุฃููููููู ุงูููุฐููููู ู
ููู ููุจูููููู
ู ููุซูุฑูุฉู ู
ูุณูุงุฆูููููู
ู ููุงุฎูุชููุงูููููู
ู ุนูููู ุฃูููุจูููุงุฆูููู
ู
โApa yang saya melarang kalian darinya maka jauhilah hal tersebut dan apa yang saya perintahkan kepada kalian maka laksanakanlah semampu kalian. Sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelum kalian hanyalah banyaknya pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap para Nabinyaโ.
Dan Abu Bakr Ash-Shiddiq โ radhiyallahu โanhuโ berkata :
ููุณูุชู ุชูุงุฑูููุง ุดูููุฆูุง ููุงูู ุฑูุณููููู ุงูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููุนูู
ููู ุจููู ุฅููุงูู ุนูู
ูููุชู ุจููู ุฅูููููู ุฃูุฎูุดูู ุฅููู ุชูุฑูููุชู ุดูููุฆูุง ู
ููู ุฃูู
ูุฑููู ุฃููู ุฃูุฒูููุบู
โTidaklah saya meninggalkan sesuatu apapun yang Rasulullah shollallahu โalaihi wa โalihi wa sallam mengerjakannya kecuali saya kerjakan karena saya takut kalau saya meninggalkan sesuatu dari perintah beliau saya akan menyimpangโ.
(HSR. Bukhary-Muslim)
Dan memahami Al-Qur`an dan As-Sunnah harus dengan pemahaman para ulama Salaf. Allah Jalla fii โulahu berfirman :
ููู
ููู ููุดูุงูููู ุงูุฑููุณูููู ู
ููู ุจูุนูุฏู ู
ูุง ุชูุจูููููู ูููู ุงููููุฏูู ููููุชููุจูุนู ุบูููุฑู ุณูุจูููู ุงููู
ูุคูู
ูููููู ููููููููู ู
ูุง ุชููููููู ููููุตููููู ุฌููููููู
ู ููุณูุงุกูุชู ู
ูุตููุฑูุง
โDan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembaliโ. (QS. An-Nisa` : 115).
Dan dalam hadits yang mutawatir, Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ุฎูููุฑู ุงููููุงุณู ููุฑููููู ุซูู
ูู ุงูููุฐููููู ููููููููููู
ู ุซูู
ูู ุงูููุฐููููู ููููููููููู
ู
โSebaik-baik manusia adalah zamanku, kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnyaโ.
Dan beliau menyatakan :
ุงููุชูุฑูููุชู ุงููููููููุฏู ุนูููู ุฅูุญูุฏูู ููุณูุจูุนููููู ููุฑูููุฉู ููุงููุชูุฑูููุชู ุงููููุตูุงุฑูู ุนูููู ุซูููุชููููู ููุณูุจูุนููููู ููุฑูููุฉู ููุฅูููู ุฃูู
ููุชููู ุณูุชูููุชูุฑููู ุนูููู ุซููุงูุซู ููุณูุจูุนููููู ููุฑูููุฉู ูููููููุง ููู ุงููููุงุฑู ุฅููุงูู ููุงุญูุฏูุฉู ูููููู ุงููุฌูู
ูุงุนูุฉู
โTelah terpecah orangโorang Yahudi menjadi tujuh puluh satu firqoh (golongan) dan telah terpecah orang-orang Nashoro menjadi tujuh puluh dua firqoh dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga firqoh semuanya dalam neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jamaโahโ. Hadits shohih dishohihkan oleh oleh Syeikh Al-Albany dalam Zhilalul Jannah dan Syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain –rahimahumullahu-.
Karena itulah, imam Ahmad โrahimahullah– berkata : โPokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh di atas apa yang para shahabat di atasnya dan mengikuti merekaโ. Lihat : Syarah Ushul Iโtiqod Ahlussunnah Wal Jamaโah 1/176.
Allahu Akbar โฆ !, betapa kuatnya pijakan seorang muslim bila ia berpegang teguh dengan Al Qur`an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para ulama salaf. Ini merupakan senjata yang paling ampuh dan tameng yang paling kuat dalam menghadapi dan menangkis setiap fitnah yang datang. Dan sejarah telah membuktikan bagaimana orang-orang yang berpegang teguh kepada Al Qur`an dan Sunnah selamat dari fitnah dan mereka tetap kokoh di atas jalan yang lurus.
Lihatlah kisah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu โanhu, ketika Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam mengirim Usamah bin Zaid dengan memimpin 700 orang untuk menggempur kerajaan Rum. Maka ketika pasukan tersebut tiba di suatu tempat yang bernama Dzu Khasyab, Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam meninggal. Maka mulailah orang-orang Arab di sekitar Madinah murtad dari agama sehingga para shahabat mengkhawatirkan keadaan
Lihat bagaimana gigihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu โanhu berpegang dengan sunnah Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam dalam kondisi yang sangat genting seperti ini dan betapa kuatnya keyakinan beliau akan kemenangan orang yang menjalankan perintah-Nya.
Maka apa yang terjadi setelah itu, setiap kali pasukan Usamah bin Zaid melewati suatu suku yang murtad mereka berkata : โAndaikata mereka itu tidak mempunyai kekuatan, tentu tidak akan keluar pasukan sekuat ini dari mereka. Tapi kita tunggu sampai mereka bertempur dengan melawan kerajaan Rumโ. Lalu bertempurlah pasukan Usamah bin Zaid menghadapi kerajaan Rum dan pasukan Usamah berhasil mengalahkan dan membunuh mereka. Kemudian kembalilah pasukan Usamah dengan selamat dan tetap orang-orang yang akan murtad itu tadi di atas Islam.
Baca kisah ini dalam Madarik An-Nazhor hal. 51-52 (cet. Ke 2).
Maka lihatlah โฆ wahai orang-orang yang menghendaki keselamatan, peganglah kaidah pertama ini dengan baik, niscaya engkau akan selamat dari fitnah di dunia dan di akhirat.
Kaidah Kedua : Merujuk kepada para ulama.
Allah Al-Hakim Al-โAlim mengisahkan tentang Qorun dalam firman-Nya :
ููุฎูุฑูุฌู ุนูููู ููููู
ููู ููู ุฒููููุชููู ููุงูู ุงูููุฐูููู ููุฑููุฏูููู ุงููุญูููุงุฉู ุงูุฏููููููุง ููุงููููุชู ููููุง ู
ูุซููู ู
ูุง ุฃููุชููู ููุงุฑูููู ุฅูููููู ููุฐูู ุญูุธูู ุนูุธููู
ู. ููููุงูู ุงูููุฐูููู ุฃููุชููุง ุงููุนูููู
ู ููููููููู
ู ุซูููุงุจู ุงูููููู ุฎูููุฑู ููู
ููู ุกูุงู
ููู ููุนูู
ููู ุตูุงููุญูุง ููููุง ูููููููุงููุง ุฅููููุง ุงูุตููุงุจูุฑูููู. ููุฎูุณูููููุง ุจููู ููุจูุฏูุงุฑููู ุงููุฃูุฑูุถู ููู
ูุง ููุงูู ูููู ู
ููู ููุฆูุฉู ููููุตูุฑูููููู ู
ููู ุฏูููู ุงูููููู ููู
ูุง ููุงูู ู
ููู ุงููู
ูููุชูุตูุฑูููู
โMaka keluarlah
Karena itulah imam Hasan Al Bashry berkata : โSesungguhnya bila fitnah itu datang, diketahui oleh setiap โalim (ulama), dan apabila telah terjadi (lewat), maka baru diketahui oleh orang-orang yang jahilโ.
Dan Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam hadits โUbadah bin Shomit riwayat imam Ahmad dan lain-lain :
ููููุณู ู
ููู ุฃูู
ููุชููู ู
ููู ููู
ู ููุฌูููู ููุจูููุฑูููุง ููููุฑูุญูู
ู ุตูุบูููุฑูููุง ููููุนูุฑููู ููุนูุงููู
ูููุง ุญูููููู
โBukan dari ummatku siapa yang tidak menghormati orang yang besar dari kami dan tidak merahmati orang yang kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang yang alim dari kamiโ. (Dihasankan oleh Syeikh Al
Dan juga Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam hadits Ibnu โAbbas yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim, Ibnu Hibban dan lain-lain :
ุงููุจูุฑูููุฉู ู
ูุนู ุฃูููุงุจูุฑูููู
ู
โBerkah itu bersama orang-orang besarnya kalianโ. (Dishohihkan oleh Syeikh Al Albany dalam Silsilah Ahadits Ash Shohihah no. 1778.)
Dan fitnah akan bermunculan apabila para ulama sudah tidak lagi dijadikan sebagai rujukan sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah riwayat Ibnu Majah dan lain-lainnya, Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ุณูููุฃูุชููู ุนูููู ุงููููุงุณู ุณูููููุงุชู ุฎูุฏููุงุนูุงุชู ููุตูุฏูููู ููููููุง ุงููููุงุฐูุจู ููููููุฐููุจู ููููููุง ุงูุตููุงุฏููู ููููุคูุชูู
ููู ููููููุง ุงููุฎูุงุฆููู ููููุฎูููููู ููููููุง ุงููุฃูู
ููููู ููููููุทููู ููููููุง ุงูุฑููููููุจูุถูุฉู ูููููู ููู
ูุง ุงูุฑููููููุจูุถูุฉู ููุงูู ุงูุฑููุฌููู ุงูุชููุงูููู ููุชููููููู
ู ูููู ุฃูู
ูุฑู ุงููุนูุงู
ููุฉู
โAkan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, akan dipercaya/dibenarkan padanya orang yang berdusta dan dianggap dusta orang yang jujur, orang yang berkhianat dianggap amanah dan orang yang amanah dianggap berkhianat dan akan berbicara Ar-Ruwaibidhoh. Ditanyakan : โSiapakah Ar-Ruwaibidhoh itu ?โ. Beliau berkata : โOrang yang bodoh berbicara dalam perkara umumโ. Dishohihkan oleh Syeikh Muqbil dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain.
Dan juga Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda dalam hadits โAbdullah bin โAmr bin โAsh riwayat Bukhary-Muslim :
ุฅูููู ุงูููู ูุงู ููููุจูุถู ุงููุนูููู
ู ุงูููุชูุฒูุงุนูุง ููููุชูุฒูุนููู ู
ููู ุงููุนูุจูุงุฏู ูููููููู ููููุจูุถู ุงููุนูููู
ู ุจูููุจูุถู ุงููุนูููู
ูุงุกู ุญูุชููู ุฅูุฐูุง ููู
ู ููุจููู ุนูุงููู
ูุง ุงุชููุฎูุฐู ุงููููุงุณู ุฑูุคูููุณูุง ุฌููููุงูุงู ููุณูุฆูููููุง ููุฃูููุชูููุง ุจูุบูููุฑู ุนูููู
ู ููุถููููููุง ููุฃูุถููููููุง
โSesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari para hamba akan tetapi Allah mencabutnya dengan mencabut (mewafatkan) para ulama sampai bila tidak tersisa lagi seorang alim maka manusiapun mengambil para pemimpin yang bodoh maka merekapun ditanya lalu mereka memberi fatwa tanpa ilmu maka sesatlah mereka lagi menyesatkanโ.
Dan berkata โAbdullah bin Masโud radhiallahu โanhu :
ูุงู ููุฒูุงูู ุงููููุงุณู ุตูุงููุญููููู ู
ูุชูู
ูุงุณููููููู ู
ูุง ุฃูุชูุงููู
ู ุงููุนูููู
ู ู
ููู ุฃูุตูุญูุงุจู ู
ูุญูู
ููุฏู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุขูููู ููุณููููู
ู ููู
ููู ุฃูููุงุจูุฑูููู
ู ููุฅูุฐูุง ุฃูุชูุงููู
ู ู
ููู ุฃูุตูุงุบูุฑูููู
ู ููููููููุง
โManusia masih akan senantiasa sebagai orang yang sholeh lagi berpegang teguh sepanjang ilmu datang kepada mereka dari para shahabat Muhammad shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam dan orang-orang besar mereka. Maka apabila (ilmu) datang kepada mereka dari orang-orang kecil maka binasalah merekaโ. Lihat takhrijnya dalam kitab Madarik An-Nazhor hal. 161.
Kaidah Ketiga : Tidak boleh berkomentar dalam perkara-perkara Nawazil kecuali para ulama besar ahli ijtihad.
Nawazil jamak dari Nazilah, maksudnya yaitu kejadian-kejadian atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi pada kaum muslimin.
Dan nawazil ini dikenal juga dengan istilah hawadits.
Ukuran Ulama Besar Ahli Ijtihad.
Berkata Ibnul Qoyyim dalam Iโlยญam Al-Muwaqqiโin : 4/212 : โOrang yang alim terhadap Kitabullah dan Sunnah RasulNya dan perkataan para shahabat, maka dialah mujtahid (ahli ijtihad) pada perkara-perkara Nawazilโ.
Berkata imam Asy-Syatiby dalam Al Iโtishom : โBahkan apabila dihadapkan kepadanya perkara-perkara Nawazil kemudian dia kembalikan pada ushulnya maka ia mendapatkan (penyelesaiannya) didalamnya dan hal tersebut tidak didapatkan oleh orang yang bukan mujtahid. Tapi hanyalah didapatkan oleh para mujtahid yang disifatkan dalam ilmu ushul fiqhiโ.
Dan Ibnu Rojab mencontohkannya seperti imam Ahmad dan kemudian beliau menjelaskan sisi kepantasan imam Ahmad untuk berfatwa dalam Nawazil. Di antara kriteria imam Ahmad yang beliau sebutkan yaitu beliau telah mencapai puncak pengetahuan tentang Al-Qur`an, As-Sunnah dan Al-Atsar. Ilmu Al-Qur`an seperti ilmu tentang An-Nasikh wal mansukh, Al-Mutaqaddim wal mutaakhkhir dan mengumpulkan tafsir para shahabat dan para tabiโin. Ilmu As-Sunnah seperti hafalan beliau terhadap hadits, mengetahui yang shohih dan dhoifnya, mengetahui rowi-rowi yang tsiqoh dan yang majruh dan mengetahui jalan-jalan hadits dan cacat-cacatnya โฆ kemudian Ibnu Rojab berkata : โTelah dimaklumi siapa yang memahami semua ilmu ini dan sangat menguasainya, adalah suatu hal yang sangat mudah baginya untuk mengetahui Hawadits dan memberikan jawabannyaโ.
Dalil kaidah ketiga ini adalah firman Allah Subhanahu Wa Taโala dalam Surah An-Nisa ayat 83 :
ููุฅูุฐูุง ุฌูุงุกูููู
ู ุฃูู
ูุฑู ู
ููู ุงููุฃูู
ููู ุฃููู ุงููุฎููููู ุฃูุฐูุงุนููุง ุจููู ูููููู ุฑูุฏููููู ุฅูููู ุงูุฑููุณูููู ููุฅูููู ุฃููููู ุงููุฃูู
ูุฑู ู
ูููููู
ู ููุนูููู
ููู ุงูููุฐูููู ููุณูุชูููุจูุทูููููู ู
ูููููู
ู ูููููููุงู ููุถููู ุงูููููู ุนูููููููู
ู ููุฑูุญูู
ูุชููู ููุงุชููุจูุนูุชูู
ู ุงูุดููููุทูุงูู ุฅููุงูู ููููููุงู
โDan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah akan diketahui hal tersebut oleh orang-orang yang ber-istimbath diantara mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalaulah bukan karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)โ.
Berkata syaikh โAbdurrahman bin Nashir As-Saโdy menafsirkan ayat ini : โIni adalah pelajaran adab dari Allah kepada para hamba-Nya tentang perbuatan mereka ini yang tidak layak. Dan yang pantas bagi mereka apabila datang kepada mereka suatu perkara dari perkara-perkara yang penting dan maslahat-maslahat umum yang berkaitan dengan keamanan dan kebahagiaan kaum mukminin atau (berkaitan) dengan ketakutan yang di dalamnya terdapat musibah, maka wajib atas mereka untuk ber-tatsabbut (mencari kejelasan) dan jangan tergesa-gesa menyebarkan berita tersebut bahkan hendaknya mereka mengembalikannya kepada Rasul dan kepada Ulil Amri di antara mereka, yaitu Ahli roโyi wal ilmi wan nushhi wal aqli war razanah (para ahli dalam menilai/pertimbangan, dalam ilmu, dalam menasehati, dalam berfikir dan memiliki ketenangan) yang mengetahui perkara-perkara dan mengetahui apa-apa yang merupakan maslahat dan kebalikannya. Kalau mereka melihat penyebaran berita tersebut sebagai maslahat, menambah semangat kaum mu`minin, kegembiraan bagi mereka dan benteng dari musuh-musuh mereka maka mereka mengerjakannya (menyebarkannya). Dan kalau mereka melihat tidak ada maslahat padanya atau ada maslahat tapi bahayanya melebihi maslahatnya maka tidaklah mereka sebarkan, karena itulah (Allah Subhanahu Wa Taโala) berfirman : โMaka akan diketahui hal tersebut oleh orang-orang yang beristimbat dari merekaโ, yaitu mereka akan mengeluarkan hal tersebut dengan pemikiran mereka dan pendapat-pendapat mereka yang lurus dan ilmu mereka yang di atas petunjukโ.
Allahu Akbar betapa sempurnanya tuntunan islam, andaikata kaum muslimin beramal dengan kaidah ini niscaya mereka akan terjaga dari fitnah. Sungguh berbagai macam fitnah yang melanda kaum muslimin disebabkan karena kekurangajaran sebagian orang yang tidak tahu kadar dirinya dan merasa bangga dengan kemampuannya atau dengan title-title yang mereka sandang sehingga dengan sangat lancangnya berani berkomentar dalam perkara-perkara Nawazil yang terjadi pada kaum muslimin. Maka wajarlah jika muncul berbagai macam kerusakan dan fitnah yang lebih besar karena ulah segelintir orang yang tidak tahu diri ini. Dan cukuplah hal tersebut sebagai dosa yang sangat besar bagi orang yang menyelisihi perintah dalam surah An-Nisa` di atas dan juga dia tergolong orang-orang yang tidak menempatkan amanah pada tempatnya, yang amanah itu harusnya diserahkan kepada ahlinya yaitu para ulul amri ; para ulama besar dan penguasa. Dan tidak menempatkan amanah pada tempatnya adalah pelanggaran terhadap perintah Allah Subhanahu Wa Taโala dan merupakan salah satu tanda hari kiamat.
Allah Subhanahu Wa Taโala berfirman dalam surah An-Nisa` ayat 58 :
ุฅูููู ุงูููููู ููุฃูู
ูุฑูููู
ู ุฃููู ุชูุคูุฏูููุง ุงููุฃูู
ูุงููุงุชู ุฅูููู ุฃูููููููุง ููุฅูุฐูุง ุญูููู
ูุชูู
ู ุจููููู ุงููููุงุณู ุฃููู ุชูุญูููู
ููุง ุจูุงููุนูุฏููู ุฅูููู ุงูููููู ููุนูู
ููุง ููุนูุธูููู
ู ุจููู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูู ุณูู
ููุนูุง ุจูุตููุฑูุง
โSesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihatโ.
Dan Rasulullah Shallallahu โalaihi wa alihi wa sallam ketika ditanya tentang kapankah hari kiamat ?, beliau bersabda :
ููุฅูุฐูุง ุถููููุนูุชู ุงููุฃูู
ูุงููุฉู ููุงููุชูุธูุฑู ุงูุณููุงุนูุฉู ููุงูู ูููููู ุฅูุถูุงุนูุชูููุง ููุงูู ุฅูุฐูุง ููุณูุฏู ุงููุฃูู
ูุฑู ุฅูููู ุบูููุฑู ุฃููููููู ููุงููุชูุธูุฑู ุงูุณููุงุนูุฉู
โApabila amanah telah ditelantarkan maka tunggulah hari kiamat. Maka orang itu kembali bertanya : โKapan ditelantarkannya ?โ, beliau menjawab : โApabila perkara telah diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah hari kiamatโ. (HSR. Bukhary dari shahabat Abu Hurairah).
Dan menyerahkan perkara Nawazil kepada ulil amri merupakan ushul (pokok) syariโat Islam yang dipegang oleh para imam Ahlus sunnah wal jamaโah dari zaman ke zaman.
Berkata Abu Hatim Ar-Rozy : โMadzhab dan pilihan kami adalah mengikuti Rasulullah Shollallahu โalaihi wa alihi wasallam dan para shahabat beliau, para tabiโin dan orang-orang setelah mereka (yang mengikuti mereka) dengan baik โฆ . Dan komitmen terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah dan membela para Imam yang mengikuti jejak para ulama salaf. Dan pilihan kami apa yang dipilih oleh Ahlus Sunnah dari para Imam di berbagai negeri, seperti : Malik bin Anas di Madinah dan Al-Auzaโiy di Syam dan Al-Laits bin Saโad di Mesir dan Sufyan Ats-Tsaury serta Hammad bin Zaid di Iraq pada hawadits yang tidak diketemukan tentangnya riwayat dari Nabi Shollallahu โalaihi wa alihi wasallam, para shahabat dan tabiโin. Dan meninggalkan pendapat-pendapat Al-Mulabbisin (orang-orang yang menyamar-nyamarkan perkara), Al-Mumawwihin (orang-orang yang mengaburkan perkara), Al-Muzakhrifin (orang-orang yang menghias-hiasi/memperindah perkara dari yang sebenarnya), Al-Mumakhriqin (para pembohong) lagi Al-Kadzdzabin (para pendusta). Lihat : Syarah Ushul Iโtiqod Ahlis Sunnah Wal Jamaโah karya Al-Lalaka`i jilid 1 hal.202.
Dan berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Minhajus Sunnah jilid 4 hal. 404 di tengah pembicaraan beliau terhadap masalah jihad : โSecara global pembahasan tentang perkara-perkara detail ini merupakan pekerjaan orang khusus dari para ulamaโ
Lihat rincian kaidah ketiga secara lengkap dalam kitab Madarik An-Nazhor Baina At-Tathbiqot Asy-Syarโiyah wa Al-Infiโalat Al-Hamasiyah. Kitab ini telah direkomendasi oleh dua ulama besar di zaman ini yaitu syeikh Al-โAllamah Al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al-Albany โrahimahullah– dan syeikh Al-โAllamah Al-Muhaddits โAbdul Muhsin Al-โAbbad โhafizhohullah–
Kaidah Keempat : Dalam setiap sesuatu hendaknya bersikap lemah lembut, berhati-hati dan tidak tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan atau memberikan hukum.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman pada Nabi-Nya :
ููุจูู
ูุง ุฑูุญูู
ูุฉู ู
ููู ุงูููููู ููููุชู ููููู
ู ูููููู ููููุชู ููุธููุง ุบููููุธู ุงููููููุจู ููุงููููุถูููุง ู
ููู ุญููููููู
โMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmuโ. (QS. Al Imran : 159).
Dan dalam hadits โAisyah, Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ุฅูููู ุงูุฑูููููู ูุงู ูููููููู ูููู ุดูููุกู ุฅููุงูู ุฒูุงูููู ูููุงู ููููุฒูุนู ู ููู ุดูููุกู ุฅููุงูู ุดูุงูููู
โSesungguhnya tidaklah lemah lembut itu berada pada sesuatu apapun kecuali akan menghiasinya dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali akan membuatnya jelekโ. (HSR. Muslim)
Dan dalam hadits Jarir bin โAbdillah, beliau juga menegaskan :
ู
ููู ููุญูุฑูู
ู ุงูุฑูููููู ููุญูุฑูู
ู ุงููุฎูููุฑู
โSiapa yang diharamkan dari sifat lemah lembut maka diharamkan (untuknya) kebaikanโ. (HSR. Muslim).
Dan dalam hadits โAisyah riwayat Bukhary-Muslim, beliau menyatakan :
ุฅูููู ุงูููู ููุญูุจูู ุงูุฑูููููู ููู ุงููุฃูู
ูุฑู ููููููู
โSesungguhnya Allah mencintai kelemahlembutan dalam segala perkaraโ.
Dan Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda kepada Al-Asyajj โAbdul Qais :
ุฅูููู ูููููู ุฎูุตูููุชููููู ููุญูุจููููู
ูุง ุงูููู ุงููุญูููู
ู ููุงููุฃูููุงุฉู
โSesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang dicintai oleh Allah, Al Hilm (kebijaksanaan ) dan Al Anah (tidak tergesa-gesa)โ. (HSR. Muslim dari Ibnu โAbbas dan Abu Saโid Al Khudry).
Dan Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam juga bersabda :
ุงูุชููุฃูููููู ู
ููู ุงูููู ููุงููุนูุฌูููุฉู ู
ููู ุงูุดููููุทูุงูู
โPelan-pelan (tidak tergesa-gesa) dari Allah dan tergesa-gesa itu dari syeitanโ. (Dihasankan oleh syeikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no.1795).
Kaidah Kelima : Bersikap adil dalam setiap sesuatu.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman
ุฅูููู ุงูููููู ููุฃูู
ูุฑู ุจูุงููุนูุฏููู ููุงููุฅูุญูุณูุงูู ููุฅููุชูุงุกู ุฐูู ุงููููุฑูุจูู ููููููููู ุนููู ุงููููุญูุดูุงุกู ููุงููู
ูููููุฑู ููุงููุจูุบููู ููุนูุธูููู
ู ููุนููููููู
ู ุชูุฐููููุฑูููู
โSesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kalian dapat mengambil pelajaranโ. (QS. An-Nahl : 90)
Dan Allah Subhanahu wa Taโala memerintahkan dalam firman-Nya :
ููุฅูุฐูุง ููููุชูู
ู ููุงุนูุฏููููุง ูููููู ููุงูู ุฐูุง ููุฑูุจูู
โDan apabila kalian berkata, maka hendaklah kalian berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (kalian)โ. (QS. Al Anโam : 152).
Dan Allah Subhanahu wa Taโala menegaskan dalam firman-Nya di surah Al-Maidah ayat : 8 :
ูููุงู ููุฌูุฑูู
ููููููู
ู ุดูููุขูู ููููู
ู ุนูููู ุฃููุงูู ุชูุนูุฏููููุง ุงุนูุฏููููุง ูููู ุฃูููุฑูุจู ูููุชููููููู
โDan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwaโ.
Ayat-ayat di atas sangat jelas sekali menunjukkan harusnya berlaku adil pada segala sesuatu dan tentunya hal tersebut lebih ditekankan pada kondisi fitnah maka hendaknya setiap orang berlaku adil dalam berucap, berbuat, bersikap dan memberikan hukum. Dan ukuran suatu keadilan tentunya ditimbang menurut tuntunan Al-Qur`an dan Sunnah.
Kaidah Keenam : Tidak boleh menghukumi suatu permasalahan kecuali setelah mengetahui gambaran yang jelas tentang permasalah tersebut.
Kaidah ini lafazh arabnya berbunyi :
ุงููุญูููู
ู ุนูููู ุงูุดููููุฆู ููุฑูุนู ุนููู ุชูุตููููุฑููู
โHukum atas sesuatu cabang dari penggambarannyaโ
Dan kaidah ini mempunyai dasar yang sangat banyak dari Al Qur`an dan Sunnah.
Allah Subhanahu wa Taโala berfirman dalam surah Al Isra` ayat 36 :
ูููุงู ุชููููู ู
ูุง ููููุณู ูููู ุจููู ุนูููู
ู ุฅูููู ุงูุณููู
ูุนู ููุงููุจูุตูุฑู ููุงููููุคูุงุฏู ููููู ุฃููููุฆููู ููุงูู ุนููููู ู
ูุณูุฆูููุงู
โDan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnyaโ.
Dan Allah Jalla wa โ
ููุงุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุกูุงู
ููููุง ุฅููู ุฌูุงุกูููู
ู ููุงุณููู ุจูููุจูุฃู ููุชูุจูููููููุง ุฃููู ุชูุตููุจููุง ููููู
ูุง ุจูุฌูููุงููุฉู ููุชูุตูุจูุญููุง ุนูููู ู
ูุง ููุนูููุชูู
ู ููุงุฏูู
ูููู
โHai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu ituโ.
Dan Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ุฅูููู ุงููุนูุจูุฏู ููููุชููููููู
ู ุจูุงููููููู
ูุฉู ู
ูุง ููุชูุจูููููู ู
ูุง ููููููุง ููููููู ุจูููุง ููู ุงููููุงุฑู ุฃูุจูุนูุฏู ู
ูุง ุจููููู ุงููู
ูุดูุฑููู ููุงููู
ูุบูุฑูุจู
โSesungguhnya seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang ia tidak mencari kepastian apa yang ada di dalamnya, maka disebabkan hal itu ia dilemparkan ke dalam neraka sejauh antara timur dan baratโ. (HSR. Bukhary-Muslim dari Abu Hurairah)
Kaidah ini adalah kaidah yang sangat bermanfaat dan membantu dalam segala bentuk fitnah yang terjadi. Camkanlah baik-baik kaidah ini dan warnailah gerak-gerikmu dengannya niscaya engkau akan selamat. Wallahul Muwaffiq.
Kaidah Ketujuh : Pada kondisi fitnah tidak segala sesuatu yang diketahui harus diucapkan.
Perkataan dan perbuatan dalam kondisi fitnah harus mempunyai ketentuan dan aturan. Tidak semua perkara yang dipandang baik harus dinampakkan dan dikerjakan. Karena perkataan dan perbuatan dalam kondisi fitnah akan melahirkan suatu akibat dibelakangnya.
Dalam hadits โAisyah radhiyallahu โanha Nabi shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam bersabda :
ููุง ุนูุงุฆูุดูุฉู ูููููุงู ููููู
ููู ุญูุฏูููุซู ุนูููุฏูููู
ู ุจูููููุฑู ููููููุถูุชู ุงููููุนูุจูุฉู ููุฌูุนูููุชู ููููุง ุจูุงุจููููู ุจูุงุจู ููุฏูุฎููู ุงููููุงุณู ููุจูุงุจู ููุฎูุฑูุฌููููู
โWahai โAisyah andaikata kaummu (penduduk Makkah) bukan orang yang baru (meninggalkan) kekufuran, niscaya saya merobohkan Kaโbah kemudian saya akan menjadikannya dua pintu ; pintu tempat manusia masuk dan pintu mereka keluarโ.(HSR. Bukhary-Muslim)
Lihatlah wahai orang-orang yang berfikir kenapa Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam tidak melakukan apa yang beliau kehendaki, bukankah itu sunnahnya dan syariโat yang beliau bawa ? jawabannya jelas karena orang-orang Mekkah baru masuk islam dan mereka sangat mengagungkan Kaโbah maka Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam takut kalau beliau merubah bangunan kaโbah beliau dianggap orang sombong terhadap mereka sehingga hal tersebut bisa menyebabkan mereka lari dari Islam dan kembali kepada kekufuran. Karena itulah Imam Bukhary ketika menyebutkan hadits ini, beliau sebutkan dengan judul : โBab orang meninggalkan sebagian pilihan karena takut sebagian orang kurang memahaminya lalu terjatuhlah mereka kedalam perkara yang lebih besarโ.
Dan โAli bin Abi Tholib radhiyallahu โanhu berkata :
ุญูุฏููุซูููุง ุงููููุงุณู ุจูู
ูุง ููุนูุฑููููููู ุฃูุชูุญูุจูููููู ุฃููู ููููุฐููุจู ุงูููู ููุฑูุณููููููู
โBerceritalah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan ?โ. (Riwayat Bukhary).
Dan โAbdullah bin Masโud radhiyallahu โanhu berkata :
ู ูุง ุฃูููุชู ุจูู ูุญูุฏููุซู ููููู ูุง ุญูุฏูููุซูุง ูุงู ุชูุจูููุบููู ุนูููููููููู ู ุฅููุงูู ููุงูู ููุจูุนูุถูููู ู ููุชูููุฉู
โTidaklah engkau berbicara kepada suatu kaum dengan suatu pembicaraan yang tidak bisa dicerna oleh akal mereka kecuali akan menjadikan fitnah pada sebagian dari merekaโ.(Diriwayatkan oleh Muslim dalam Muqaddimah Shohihnya dengan sanad yang terputus).
Dan dalam hadits riwayat Bukhary, Abu Hurairah radhiyallahu โanhu berkata :
ุญูููุธูุชู ู
ููู ุฑูุณููููู ุงูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุขูููู ููุณููููู
ู ููุนูุงุกููููู ููุฃูู
ููุง ุฃูุญูุฏูููู
ูุง ููุจูุซูุซูุชููู ููุฃูู
ููุง ุงููุขุฎูุฑู ูููููู ุจูุซูุซูุชููู ููุทูุนู ููุฐูุง ุงููุจูููุนูููู
ู
โSaya menghafal dari Rasulullah shollallahu โalaihi wa alihi wa sallam dua kantong. Adapun salah satunya saya telah sebarkan dan adapun yang lainnya kalau saya sebarkan maka akan diputus leher iniโ.
Berkata Imam Adz-Dzahaby dalam Siyar Aโlam An-Nubala` jilid 2 hal. 597-598 : โIni menunjukkan bolehnya menyembunyikan sebagian hadits-hadits yang bisa menggerakkan fitnah (hadits-hadits) dalam Al-Ushul (masalah-masalah pokok) maupun Al-Furuโ (maslah-masalah cabang) atau dalam (hadits-hadits tentang) pujian dan celaan. Adapun hadits yang berkaitan dengan halal dan haram maka tidak halal untuk disembunyikan dalam bentuk bagaimanapun karena itu dari kejelasan dan petunjukโ. Kemudian beliau sebutkan perkataan โAli bin Abi Tholib di atas lalu beliau berkata : โDan demikian pula Abu Hurairah andaikata beliau menyebarkan kantong itu niscaya dia akan disakiti bahkan akan dibunuh. Akan tetapi seorang alim kadang-kadang ijtihadnya mendorongnya untuk menyebarkan suatu hadits untuk menghidupkan sunnah maka baginya apa yang ia niatkan dan ia mendapatkan pahala walaupun ia salah dalam ijtihadnyaโ.
Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fathul Bary jilid 1 hal. 225 ketika menjelaskan perkataan โAli bin Abi Tholib, beliau berkata : โDidalamnya ada dalil bahwa perkara yang mutasyabih (yang mengandung beberapa pengertian) tidak pantas disebutkan pada khalayak umumโ. Kemudian beliau menyebutkan perkataan Ibnu Masโud lalu beliua berkata : โDi antara orang-orang yang tidak senang memberikan hadits pada sebagian orang adalah imam Ahmad dalam hadits-hadits yang zhohirnya membolehkan khuruj (kudeta) terhadap pemerintah, dan imam Malik dalam hadits-hadits tentang sifat-sifat (Allah), dan Abu Yusuf tentang hadits-hadits yang ghorib (aneh dari sisi makna maupun lafazh-pen.) โฆ . Dan Dari Al-Hasan (Al-Bashry-pen.) ia mengingkari Anas (radhiyallahu โanhu) menceritakan kepada Hajjaj tentang kisah Al-Uraniyyin karena ia akan menjadikannya sebagai wasilah yang selama ini ia pegang dalam berlebihan menumpahkan darah denga ta`wil yang lemah.
Dan ukuran hal tersebut (boleh menyembunyikan sebagian hadits) yaitu hendaknya zhohir suatu hadits menguatkan suatu bidโah dan yang zhohir tersebut pada asalnya bukan yang diinginkan. Maka menahannya (menyembunyikannya) dari orang yang ditakutkan ia akan mengambil zhohirnya adalah perkara yang mathlub (dicari dan diinginkan)โ.
Demikian tujuh kaidah ini secara ringkas kami sarikan dari beberapa sumber, yang paling pentingnya kitab Adh-Dhowabith Asy-Syarโiyah li Mawqif Al-Muslim fil Fitan karya syeikh Sholeh bin โAbdul โAziz Alu Asy-Syeikh dan kitab Madarik An-Nazhor karya syeikh โAbdul Malik Romadhony. Dan banyak lagi kaidah-kaidah lainnya mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu Taโala Aโlam. Wa Fauqo Kulli Dzi โIlmin โAlim.
Sumber : http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Aqidah&article=39&page_order=6
Leave a Reply