Arsip Materi

Radio Dakwah Online

Pembatal Keislaman (1): Syirik dalam Ibadah kepada Allah

Oleh: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan

Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata “Pembatal keislaman yang pertama: syirik dalam beribadah kepada Allah”

Penjelasan:

Perkara terbesar yang menjadikan seseorang murtad adalah syirik dalam beribadah kepada Allah yaitu dia beribadah kepada Allah juga beribadah kepada selain-Nya. Seperti menyembelih untuk selain Allah, nadzar untuk selain Allah, sujud kepada selain Allah, meminta pertolongan kepada selain Allah dalam perkara yang tidak mampu melaksanakannya melainkan hanya Allah. Ini adalah sebesar-besar jenis kemurtadan.

Allah telah berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan baginya surga dan tempatnya ialah neraka”. (Al-Maidah 72)

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (An Nisaa: 48)

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا

“Barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (An Nisaa: 116)

Maka kesyirikan adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya, yaitu seseorang beribadah kepada selain Allah dengan salah satu dari macam-macam ibadah, seperti doa, menyembelih, nadzar, istighotsah (minta diselamatkan dari perkara yang sulit dan membinasakan), isti’anah (memohon pertolongan) dalam perkara yang tidak mampu untuk melaksakannya melainkan hanya Allah subhanahu wata’ala, berdoa kepada mayit, istighotsah kepada kuburan, meminta pertolongan kepada orang yang telah mati. Ini adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling besar, mayoritas orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya, mereka membangun kuburan dan thowaf padanya, menyembelih untuknya, bernadzar dan mendekatkan diri padanya. Mereka mengatakan bahwa hal ini dalam rangka mendekatkan diri mereka kepada Allah, mereka mendekatkan diri padanya dengan anggapan bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah.

Kenapa mereka tidak mendekatkan diri kepada Allah secara langsung dan meninggalkan tempat-tempat yang menyesatkan ini? Hendaknya mereka mendekatkan diri kepada Allah (secara langsung) karena sesungguhnya Allah itu maha dekat dan memenuhi permintaan. kenapa kalian mendekatkan kepada makhluk kemudian kalian mengatakan: “para makhluk itu mendekatkan diri kami kepada Allah”. Apakah Allah itu jauh?!

Apakah Allah telah menutup pintu-pintu-Nya?! Apakah Allah tidak mengetahui dan tidak mendengar makhluk-Nya?! tidak melihat apa yang mereka kerjakan?!

(Ketahuilah) Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi adalah dekat dan memenuhi permintaan.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”. (Al-Baqarah: 186)

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan kuperkenankan bagi kalian”. (Ghofir: 60)

Sesungguhnya Allah adalah dekat dan memenuhi permintaan, kenapa kalian pergi dan berdoa kepada selain Allah?! Kemudian kalian mengatakan: hal ini bisa mendekatkan diri kami kepada Allah (hal ini seperti ucapan orang-orang musyrik yang dikisahkan Allah)

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

“Kami tidak beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (Az Zumar: 3)

Yakni seolah-olah kamu menganggap bahwa Allah tidak mengilmui dan mengetahui, demikianlah syetan dari kalangan jin dan manusia menghias-hiasi untuk mereka dalam keadaan mereka mengaku Islam, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah, mereka sholat dan puasa akan tetapi mereka mencampuri amalan-amalan mereka dengan syirik besar maka mereka keluar dari agama islam dalam keadaan mereka sholat, puasa dan haji, orang yang melihat mereka menyangka bahwa mereka muslimin.

Maka sudah sepantasnya mengetahui hal ini, bahwa syirik kepada Allah adalah dosa yang paling berbahaya dan paling besar. Bersamaan dengan bahayanya dan jeleknya syirik ini ternyata banyak dari orang-orang yang mengaku Islam telah terjatuh padanya, mereka tidak menamainya sebagai perbuatan syirik akan tetapi mereka menamainya sebagai tawasul atau meminta syafaat, atau mereka menamainya dengan nama-nama selain syirik, akan tetapi nama-nama itu tidak bisa merubah hakekat sesuatu, kalau perbuatan tersebut adalah syirik tetap kita katakan syirik (walaupun mereka menamainya dengan nama selain syirik).

Ini (syirik) adalah jenis kemurtadan yang paling berbahaya dan paling banyak terjadi padahal syirik ini jelas di dalam Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Seruan dan peringatan serta ancaman dari perbuatan syirik sangat jelas sekali, tidaklah lewat satu surat di dalam Al-Qur’an melainkan memperingatkan dari perbuatan syirik, bersamaan dengan ini mereka membaca Al-Qur’an, akan tetapi tidak menjauhi perbuatan syirik.

Mungkin akan datang seseorang dan mengatakan: “Mereka adalah orang-orang bodoh, mereka mendapatkan udzur dengan kebodohan mereka tersebut.”

Maka kita katakan:

Sampai kapan dia akan bodoh? Sedangkan Al-Qur’an dibacakan, mereka menghafal Al-Qur’an dan membacanya, sungguh telah tegak hujjah atas mereka dengan sampainya Al-Qur’an kepada mereka.

وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَذَا الْقُرْآنُ لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ أَئِنَّكُمْ

“Dan Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an kepada (mereka).” (Al-An’am: 19)

Setiap orang yang telah sampai Al-Qur’an kepadanya, maka sungguh telah tegak hujjah atasnya dan tidak ada udzur baginya.

Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata, “Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (An Nisaa’: 116)

Penjelasan:

إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.” (An Nisaa’: 48)

Ayat ini menunjukkan bahwa syirik adalah dosa yang paling besar, dimana Allah tidak akan mengampuni pelakunya, melainkan apabila dia mau bertaubat darinya.

وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ

“dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu.” (An Nisaa’: 48)

Dosa selain dari syirik seperti zina, minum khamr, mencuri, makan riba, ini semua selain dari syirik, dosa-dosa ini di bawah kehendak Allah, pelakunya adalah pelaku dosa besar dan mereka adalah orang-orang fasik, akan tetapi mereka tidak terjatuh dalam perbuatan syirik hanya saja mereka terjatuh dalam dosa-dosa besar dan hal ini mengurangi keimanan mereka dan mereka dihukumi dengan kefasikan. Seandainya mereka mati dan belum bertaubat maka mereka di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak maka Allah akan mengampuni mereka dengan tauhid yang ada pada mereka dan jika berkehendak maka Allah akan mengadzabnya disebabkan dosa-dosa mereka, kemudian tempat kembali mereka adalah jannah (surga) disebabkan tauhid yang ada pada mereka. Ini adalah tempat kembali para pelaku dosa besar selain syirik.

Dan firman-Nya:

“Dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik.”

Ini menunjukkan bahwa seluruh dosa adalah di bawah syirik, sedangkan syirik adalah dosa yang paling besar dan paling berbahaya, maka hal ini menunjukkan tentang bahayanya syirik dan syirik adalah dosa yang paling besar.

Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata, Allah berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah dan tempat kembalinya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim seorang penolongpun.” (Al-Maidah: 72)

Penjelasan:

Ini adalah akibat di akhirat, yaitu diharamkan atasnya jannah, yakni dia terhalang untuk masuk jannah selama-lamanya, tidak ada baginya sesuatu yang diinginkan di dalamnya.

Kemana dia akan pergi? Apabila dia tidak termasuk penduduk jannah, kemana dia akan pergi? Apakah dia akan menjadi sesuatu yang tidak ada?! Tidak! Tempat kembalinya adalah neraka yang dia kekal di dalamnya.

وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Al-Maidah: 72)

Yang dimaksud orang-orang zhalim adalah orang-orang musyrik. Karena syirik adalah kezhaliman, bahkan dia merupakan kezhaliman yang paling besar.

“Tidak ada bagi mereka (penolong)”

yaitu tidak ada seorangpun yang mampu mengeluarkan mereka dari neraka atau memberi syafa’at untuk mereka di sisi Allah, sebagaimana pelaku dosa besar diberi syafa’at dan mereka bisa keluar dari neraka dengan syafa’at. Adapun orang-orang musyrik (maka) tidaklah bermanfaat bagi mereka syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at.

“Dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim”

yaitu orang-orang musyrik

مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ

“Dan bagi orang-orang zhalim itu tak ada teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya” (Al-Mukmin:18)

Seorang musyrik tidaklah diterima syafa’at padanya –kita berlindung kepada Allah-

وَمَأْوَاهُ النَّارُ

“dan tempatnya adalah neraka” tempatnya yaitu tempat tinggalnya dan itulah sejelek-jelek tempat tinggal, tidak ada tempat tinggal baginya selain neraka selama-lamanya.

Maka dosa yang demikian bahayanya dan sangat jelek akibatnya, apakah boleh pura-pura bodoh dan tidak mengetahuinya serta tidak memperingatkan darinya?! dan dikatakan: “biarkanlah manusia, biarkan para penyembah kubur, para penyembah kubah-kubah, biarkan orang-orang yang ada perkara-perkara kemurtadan padanya selama dia masih mengaku Islam, maka dia seorang muslim dan hadapilah orang-orang Atheis.”

Maka kita katakan:

Mereka (orang-orang musyrik) lebih besar dan lebih berbahaya daripada orang-orang Atheis.

Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab berkata “Dan termasuk dari perbuatan syirik adalah menyembelih untuk selain Allah, seperti menyembelih untuk jin dan kubur”

Penjelasan:

Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menyebutkan contoh ini karena ini banyak terjadi dan manusia bermudah-mudahan padanya, mereka menyembelih untuk selain Allah, mereka menyembelih untuk jin dalam rangka menjaga diri dari kejelekan mereka, juga dalam rangka berobat dan penyembuhan.

Kebanyakan manusia bermudah-mudahan dalam masalah ini dan ini banyak terjadi, padahal ini adalah syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agamanya dan ini bukan perkara yang mudah. Syetan akan berkata kepadanya: “Sembelihlah seekor anak domba, sembelihlah seekor ayam”, ini adalah (perkara yang) mudah, tetapi dia tidak melihat kepada syirik. Maka orang-orang yang menyembelih seekor lalat (untuk selain Allah) masuk neraka, yang dilihat bukanlah yang disembelih, tetapi yang dilihat adalah akidah (keyakinan)nya, yang dilihat adalah niat dalam hati dan tidak memperhatikan perkara syirik. Yang dilihat bukanlah nilai sesuatu yang disembelih, karena yang menyembelih seekor lalat (untuk selain Allah) masuk neraka.

Manusia bermudah-mudahan dalam hal ini, hanya sekedar ingin ditunaikan kebutuhannya atau agar syetan memberitahunya sesuatu yang tersembunyi atau memberitahu tentang harta yang hilang atau yang selainnya dari perkara-perkara yang manusia bertanya kepada jin tentangnya. Maka dia keluar dari agamanya –kita berlindung kepada Allah- dia murtad dalam perkara yang dia anggap mudah, padahal perkaranya sangat berbahaya.

(Dinukil untuk Blog Ulama Sunnah www.ulamasunnah.wordpress.com dari 10 Pembatal Keislaman, karya Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, penerjemah: Al-Ustadz Abu Hamzah Abdul Majid, Penerbit Cahaya Ilmu Press, Yogyakarta)

Comments are closed.