Oleh: Syaikh Abû`Umar Sâlim Al-`Ajmî hafizhahullâh
Seorang wanita ketika keluar dari rumah keluarganya atau rumah suaminya hendaknya selalu ingat bahwa dia sedang memikul harga dirinya dan harga diri suaminya. Oleh karena itu janganlah sekali-kali dia menyia-nyiakan harta simpanan yang sangat mulia ini, hanya karena rayuan syaithon. Dan selayaknya juga kalau dia tidak melakukan perbuatan apapun yang akan mencoreng nama baik ini.
Kenyataan ini bukanlah suatu hal yang tidak diketahui oleh kebanyakan wanita, akan tetapi sebagian mereka berpura-pura lalai atau berpura-pura tidak tahu akan kenyataan ini. Sehingga tidaklah dia dirayu oleh para penyeru kenistaan dari kalangan pemuja pacaran kecuali dia langsung hanyut bersama mereka. Dia lupa akan satu hal penting, yaitu selalu adanya korban yang berjatuhan di jalan ini, dan korbannya adalah dia. Dia selalu mendengar janji untuk menikahinya, janji yang selalu dia dengar dari bibir pacarnya, yang pada hakikatnya tidak lain kecuali hanya sekedar umpan, hal ini ia lakukan karena kepolosan sang gadis dan dalam rangka mencapai keinginan lelaki tersebut.
Maka di saat telah mendapatkan keinginannya, dia akan mencampakkannya, sedangkan kehormatannya telah tercemar.
Bukan suatu hal yang aneh, karena tebu akan dihisap dan apabila rasa manisnya sudah habis dia akan dicampakkan ke tong sampah terdekat.
Seorang korban (sebut saja W.F.H) bercerita:
“Permasalahanku bermula ketika aku berkenalan dengan seorang pemuda, sampai bersemilah cinta antara kami berdua. Dan akhirnya kami sepakat untuk menikah, akan tetapi dia mengatakan bahwa dia hendak mengenalkan aku dengan ibunya sebelum kami menikah. Akupun tidak keberatan, ahirnya kami sepakat untuk menentukan waktu yang tepat guna pergi bersama ke rumahnya. Karena kepolosan dan kebodohanku, akhirnya kami pergi bersama ke rumahnya. Ketika kami telah sampai ke rumah yang dituju, aku tidak mendapatkan seorangpun di dalamnya. Akan tetapi dia meyakinkanku kalau ibunya sedang keluar rumah dan akan segera kembali, maka kamipun berbincang-bincang, dan dia mulai merayuku dan mengungkapkan akan rasa cintanya yang dalam, diapun membujukku, sehingga terjadilah apa yang terjadi!! Akhirnya aku mengetahui kalau dia telah membuat kesepakatan dengan sebagian teman-temannya agar datang kerumahnya.
Ketika dia telah mencapai keinginannya, dia tinggalkan aku di dalam kamar dalam keadaan yang sangat memalukan, lalu dia memasukkan salah seorang temannya. Maka itulah musibah terbesar, ketika aku melihat dan mengenalinya, dia adalah teman kakak kandungku yang paling tua!! Karena kita saling mengenal sebelumnya, dia mengantarku pulang ke rumah. Setelah hari itu aku bertaubat kepada Allah setelah kehidupanku berubah menjadi kobaran api, aku memutuskan untuk memulai kehidupan yang mulia lagi suci. Akan tetapi yang menjadikan aku risau dan semakin tersiksa, teman kakak kandungku selalu mengancam aku akan membeberkan rahasiaku di hadapan keluargaku apabila aku tidak menuruti keinginannya yang kotor”1).
Sungguh benar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dimana beliau bersabda:
لاَ يَخْلُوْنَ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ (رواه الترمذي)
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali syaithon adalah yang ketiganya” (HR. At-Tirmidzi no. 1187. Lihat Ash-Shohiha oleh Al-Albani rahimahullah no. 430).
Maka, barangsiapa yang ingin menjaga diri, hendaknya dia memasuki rumah melalui pintunya dan jangan sekali-kali memanjat dinding.
Dan hendaknya para gadis berhati-hati dari tipu daya ini, jangan sekali-kali disesatkan oleh Syaithon, sehingga hanyut oleh tipuan lelaki nakal. Karena orang yang jauh dari ketaatan kepada Allah tidak dapat dipercaya dan orang yang tidak beragama tidak akan memiliki amanat.
Sumber: ضحية معاكسة
Catatan Kaki:
1) Harian Al-Wathon edisi 6469 tanggal 10/2/1994 M.
Di-copy dari: http://abdurrahman.wordpress.com/2008/02/19/amanah-bagi-seorang-wanita
Recent Comments